31 Oktober 2007

babad hujan

akhirnya kita menemukan sehelai benang tipis
untuk mengikat bau hujan;
wangi kenangan yang hilang saat jatuh
menyentuh ingatan

berabad waktu lalu dituliskan
babad kegelisahan dengan bahasa bebatuan
adakah terasa resah rusuhnya?

tidak
lalu apa yang digerus hembus angin ke lembah-lembah
dikikis tipis gerimis ke muara-muara
diamuk remukkan orangorang ke kota-kota
jika kau kata ada rasa?

hujan pun kini semakin renta
tak cuma lupa membawa kenangan;
ceritacerita orangtua
bahkan untuk jatuh dan mereda

babad hujan

akhirnya kita menemukan sehelai benang tipis
untuk mengikat bau hujan;
wangi kenangan yang hilang saat jatuh
menyentuh ingatan

berabad waktu lalu dituliskan
babad kegelisahan dengan bahasa bebatuan
adakah terasa resah rusuhnya?

tidak
lalu apa yang digerus hembus angin ke lembah-lembah
dikikis tipis gerimis ke muara-muara
diamuk remukkan orangorang ke kota-kota
jika kau kata ada rasa?

hujan pun kini semakin renta
tak cuma lupa membawa kenangan;
ceritacerita orangtua
bahkan untuk jatuh dan mereda

puisi diatas dimuat dalam antologi Aku Ingin Mengirim Hujan

03 Oktober 2007

kisah lebam

mungkin ada kisah yang tak kau tuturkan padaku
cuma kau rekam lalu terbenam di matamu yang lebam
berulang kali kulihat kau lipat merah kenangan
berjarak perjalanan
kilat karat percintaan
kesedihan dan kemarahan
kau bungkus dengan senyuman

senyummu adalah malam yang tenggelam di pembakaran aspal
pekat kopimu yang sulit kuhapal
meski kudzikirkan namamu di setiap jengkal musim
aku selalu terjungkal di licin harimu yang bacin

mungkin memang tak perlu
kau gantungkan koma di hatimu
cukup titik atau tanda seru
dan aku akan tenggelam
bersama serbuk malam
di kopimu yang hitam.

02 Oktober 2007

rencanabencana

aku telah kehilangan rintik gerimis di bintik mukamu yang manis
Setelah sebelumnya ku kubur dapur yang berhenti
mengisahkan jejak jejak para leluhur
maka sudahi saja semuanya malam ini
bakar saja, karena kertas kertas itu tak akan memberikan perjamuan
yang kita mimpikan
sebelum lengkung kuning berdering memanggil para pejalan

lalu kita berhenti
semua tutur gugur
dan mari buat padam masa silam
lupakan cerita cerita yang kita susun jadi gaun
bangunkan mimpi mimpi yang kita tanam jadi ranjang
sebab saat kita bangun – dipagi yang dingin di ranjang masing masing
tak akan diceritakan kisah kita
sebagai jejak jejak leluhur
mereka.

rencanabencana

aku telah kehilangan rintik gerimis di bintik mukamu yang manis
Setelah sebelumnya ku kubur dapur yang berhenti
mengisahkan jejak jejak para leluhur
maka sudahi saja semuanya malam ini
bakar saja, karena kertas kertas itu tak akan memberikan perjamuan
yang kita mimpikan
sebelum lengkung kuning berdering memanggil para pejalan
lalu kita berhenti
semua tutur gugur
dan mari buat padam masa silam
lupakan cerita cerita yang kita susun jadi gaun
bangunkan mimpi mimpi yang kita tanam jadi ranjang
sebab saat kita bangun – dipagi yang dingin di ranjang masing masing
tak akan diceritakan kisah kita
sebagai jejak jejak leluhur
mereka.
021007

rencanabencana

aku telah kehilangan rintik gerimis di bintik mukamu yang manis
Setelah sebelumnya ku kubur dapur yang berhenti
mengisahkan jejak jejak para leluhur
maka sudahi saja semuanya malam ini
bakar saja, karena kertas kertas itu tak akan memberikan perjamuan
yang kita mimpikan
sebelum lengkung kuning berdering memanggil para pejalan
lalu kita berhenti
semua tutur gugur
dan mari buat padam masa silam
lupakan cerita cerita yang kita susun jadi gaun
bangunkan mimpi mimpi yang kita tanam jadi ranjang
sebab saat kita bangun – dipagi yang dingin di ranjang masing masing
tak akan diceritakan kisah kita
sebagai jejak jejak leluhur
mereka.

puisi diatas dimuat dalam antologi Aku Ingin Mengirim Hujan