mungkin kau bosan juga;
pada tanda yang tak dibaca
tegur yang dibentur
dan peringatan yang dilupakan
mungkin mereka lupa alam itu ada
bukan benda tapi tanda
mungkin mereka tak merasa
mungkin ada juga
yang berjaga dalam do’a;
kuat dalam kuasa
tak mungkin kau berdusta
21 Februari 2007
11 Februari 2007
apa boleh dikata
akankah kita berhenti pada kesepakatan
hidup itu susah, lalu sama pasrah dan
khatam pada ucapan apa boleh dikata?
hidup itu susah, lalu sama pasrah dan
khatam pada ucapan apa boleh dikata?
09 Februari 2007
bincang pincang
Ada bisik yang berisik di telinga kita
Tentang perca-perca yang dijahit jadi busana
Kita yakin tentu tak terpakai
Pun penjahit yang cuma cari-cari kerja
-
Kita memang lebih suka memandang jarum jam
Daripada menyiram hurup
Jadi bunga kata-kata
-
Yah, semoga mereka cukup puas menjahit kata-kata
Menjadi semacam cerita yang tercela
puisi diatas telah diterbitkan dalam antologi puisi Temu-Mahasiswa-Penyair, TBJT Juni 2007
Tentang perca-perca yang dijahit jadi busana
Kita yakin tentu tak terpakai
Pun penjahit yang cuma cari-cari kerja
-
Kita memang lebih suka memandang jarum jam
Daripada menyiram hurup
Jadi bunga kata-kata
-
Yah, semoga mereka cukup puas menjahit kata-kata
Menjadi semacam cerita yang tercela
puisi diatas telah diterbitkan dalam antologi puisi Temu-Mahasiswa-Penyair, TBJT Juni 2007
06 Februari 2007
ruaya
malam pudar saat kita putuskan
kembali saja. “ ayo, masa depan sedang
dilahirkan !” kemudian kita berlari bersama
angin. dedaun berbisik meninggalkan pertanyaan
yang tak terpetakan.
Ah, peduli setan. baik kita hiraukan.
kita kejar pucuk hujan di ujung sana setelah
orang-orang selesai berpesta dan
menyantap hidangan sambil mengulum
ranting-ranting tajam.
lalu kita sulam masa depan dari ujung gerimis
dan jarum-jarum sialan sambil menyemat
sebuah kalimat;
besok malam belum kiamat
bawahlembah
puisi ini diterbitkan dalam antologi puisi Pendhapa 3, TBJT Februari 2007
kembali saja. “ ayo, masa depan sedang
dilahirkan !” kemudian kita berlari bersama
angin. dedaun berbisik meninggalkan pertanyaan
yang tak terpetakan.
Ah, peduli setan. baik kita hiraukan.
kita kejar pucuk hujan di ujung sana setelah
orang-orang selesai berpesta dan
menyantap hidangan sambil mengulum
ranting-ranting tajam.
lalu kita sulam masa depan dari ujung gerimis
dan jarum-jarum sialan sambil menyemat
sebuah kalimat;
besok malam belum kiamat
bawahlembah
puisi ini diterbitkan dalam antologi puisi Pendhapa 3, TBJT Februari 2007
04 Februari 2007
cerita rahasia
ah, ternyata kita sama punya cerita
membiarkan udara membaca dan
menyimpannya. tak usah bicara karena
kata-kata tak akan sanggup menyampaikan
rahasia. biar tersimpan di kebun yang ranum
hingga mekar sebagai bunga
puisi ini sudah diterbitkan dalam antologi puisi Pendhapa 3, TBJT Februari 2007
membiarkan udara membaca dan
menyimpannya. tak usah bicara karena
kata-kata tak akan sanggup menyampaikan
rahasia. biar tersimpan di kebun yang ranum
hingga mekar sebagai bunga
puisi ini sudah diterbitkan dalam antologi puisi Pendhapa 3, TBJT Februari 2007
01 Februari 2007
tamu tak diundang
kita masih berjalan meski malam hampir
pulang. harapan yang menyelinap di batas
garis gerimis membuat kita tahan berjaga. kita
harus lepas dari rumah yang basah karena
hujan yang datang kemalaman tak tahu
jalan pulang dan memutuskan menginap
di rumah kita.
puisi ini sudah diterbitkan dalam antologi puisi Pendhapa 3, TBJT Februari 2007
pulang. harapan yang menyelinap di batas
garis gerimis membuat kita tahan berjaga. kita
harus lepas dari rumah yang basah karena
hujan yang datang kemalaman tak tahu
jalan pulang dan memutuskan menginap
di rumah kita.
puisi ini sudah diterbitkan dalam antologi puisi Pendhapa 3, TBJT Februari 2007
Langganan:
Postingan (Atom)