sehelai rumbia tertinggal di desir angin
berhembus, lewat pintu yang terbuka
ada gurat tangan yang mengarat di gagangnya.
entah
lalu udara menyekap hawamu disini
meninggalkan jejak dingin batu karang
pada malam yang karam
tak ada yang hendak mentasbihkan gelap malam
pada secangkir kopi dan sebatang rokok
sebab tubuh tak lagi utuh
merentang panjang
tercecer terpisah
basah
dan kita tak perlu lagi menempuh jauh
sebab kita telah satu dalam seluruh
memadat dalam setiap alat
puisi diatas dimuat dalam antologi Mencari Rumah; Antologi Puisi Hysteria 2004-2007