Hatimu hinggap di ujung Laventar
lalu jatuh di pelukanku
dan tersedu
Di mataku kau mewarnai matahari
dengan spidol hijau tua
dan kudengar jeritmu
dari televisi yang tak henti
menyemburkan darah,
bangkai bintang dan rembulan
di luar sebagian orang berpesta
merayakan kematian tuhan
dan segera iklan-iklan bertebaran;
lowongan pekerjaan; butuh tuhan
pendidikan dan pengalaman tak diutamakan
kenapa tak melamar? tanya tetanggamu
kau kan pengangguran